Tiga hari sudah saya disini, merawat Bapak sambil sesekali menulis di blog baru ini. Hmm hari ini sepertinya cerita beberapa kawan yang bingung akan cinta tergelitik saya share. Bukan apa-apa, tapi cerita mereka sungguh mengingatkan saya (dan mungkin kawan-kawan) akan warna warni dan berlikunya cinta sepasang manusia.
Satu hari 3 cerita,
Saya nggak tahu ya, kenapa dalam satu hari dan dalam waktu yang hampir bersamaan tiba-tiba saya layaknya konselor/konsultan cinta,hehehe. Padahal saya sedang cuti mengajar yang juga otomatis cuti jadi konselor anak-anak di bimbel. Tapi tetap saja ya... ada saja curahan hati yang mampir ke Wassap atau BBM saya hari itu.
Kisah pertama dari teman dekat saya, teman yang sudah saya kenal sejak SD (nggak sekalian ya dari bayi, hehe).
Inisialnya UF. Nggak sengaja saya menyinggung suatu hal, tapi dia banyak cerita setelah itu.
Ceritanya cukup mengejutkan ketika dia bilang: "Aku sebelumnya sudah nikah sirri loh Bung". "Waah...kok mau"? kataku membatin. Tapi langsung dijelaskan olehnya kalau itu langkah yang cukup dipaksa ketika itu. Langkah yang bagi saya saat ini sangat baik dan menjaga keduanya dari perbuatan zina.
"Karena waktu itu aku suka minta anter ke rumah dosen untuk keperluan skripsi, sedangkan aku dan dia tahu kalau itu haram".
Jadilah si cantik ini melakukan nikah sirri di rumah salah seorang yang keluarga mereka percaya."Waktu itu ayahku kelihatan banget nggak suka, tapi ya mau gimana lagi"
Panjang cerita yang teman saya ketik di room chat BBM kami. Tapi akhirnya nggak lama mereka menikah resmi. Itupun katanya karena mereka dijodohkan, sempat ada perasaan ingin lari dari acara akad yang diselenggarakan waktu itu (OMG..!!). Namun, untungnya dia masih bisa menahan diri. Karena kalau nggak, bukan UF saja yang malu, tapi seluruh keluarga besarnya, ya kan?!
Singkat cerita, teman saya ini berkeluh kesah, kalau dia sering su'udzon (berprasangka buruk) terhadap suaminya. Dia merasa suaminya nggak cinta lah (ini bahkan terjadi juga kan sama mereka yang sudah puluhan tahun menikah..?!), merasa suaminya nggak suka cerita banyak hingga merasa rekan kerja suaminya lebih cantik darinya.
Ealaaaahhh...memang keluhan banyak wanita ya begitu (yaa...termasuk saya,heheh). Dan karena saya juga pernah
merasakan hal yang sama, tentu cukup bisa bersimpati.
Ketika itu saya bilang; "Kalau nggak cinta, ya nggak jadi anak sekarang dear".Dan padahal berprasangka buruk itu dosa, karena bisa jadi karena kita terlalu berprasangka buruk, akhirnya malah Alloh buat kondisi sesuai prasangka kita.
Saya tentu langsung teringat kisah kasih (an) antara saya dan suami di awal pernikahan dulu. Nggak bohong kalau saya sering ngambek cuma gara-gara masalah "Kamu cinta nggak sih sama aku?" hihihi. Dan walau suami teman saya sudah bilang "Aku sayang kamu" dan begitupun suami saya. Tetap saja perasaan "lebay" istri selalu takut dirinya tersaingi oleh wanita lain (apalagi ini awal pernikahan yak?!).
Pernah saya baca, dan akhirnya saya pahami (dan inipun yang saya bilang ke teman saya, UF). Ada beberapa tipe laki-laki yang seperti suami saya, malu menunjukkan kemesraan tanda cinta di depan umum. Tapi ada juga seperti suaminya, yang menunjukkan kemesraan walau di tempat umum (ya sepeti mencium, atau sekedar bilang " I Love You). Masing-masing harus disyukuri. Karena memang Alloh sudah memasangkan dengan baik. Nggak mungkin salah,kecuali ada takdir berkata lain.
Nah, setelahnya saya berpikir. Ada hal-hal yang bisa kita minta untuk disesuaikan dari suami kita, tapi ada hal-hal yang sifatnya sebaliknya. Jika merasa tidak dicinta maka tumbuhkan banyak cinta. Karen cinta kan kata kerja kata ustad Salim A Fillah. Jadi harus di usahakan untuk selalu ada dan timbul. Yoii..?!!
Nahh...cerita kedua dari 1 hari berikutnya adalah cerita teman laki-laki yang saya mengenalnya cukup dekat sejak kuliah dulu. Walau akhirnya pindah kuliah, sesekali dia tetap sering curhat pada saya. Daaan..yang terakhir ini terkait pada pengukuhan cinta (tssaaah...!).
Yap, bayangkan dia "ujug-ujug" cerita: "Gue bingung nih, bokapnya cewe gue minta gue nikahin anaknya secepatnya". (Lah ya udah nikah aja..hehehe).
Nah, yang jadi sedikit masalah dan bikin teman saya ini galau. Apa coba?! Ternyata dia belum selesai kuliah dan belum memiliki pekerjaan tetap seperti yang disyaratkan oleh ibunya. Selain itu, kakak teman saya ini akan melangsungkan pernikahan bulan September tahun ini katanya.
Jadilah dia segalau para jomblo'ers, hehehe. Teman saya pun mengeluarkan pertanyaan khas orang lagi bingung and galau: "Trus gue mesti gimana ya?" Naaah..cakep dah itu pertanyaan. Kalau jawaban singkat padat dan jelas pasti saya bilang : "Ya nikah aja udah, rejeki ditangan Alloh, jangan takut laaah". Tapi tentu nggak mungkin saya jawab gitu ya, nggak paham kondisi banget..heheheh.
Dan akhirnya, setelah teman saya ini berkeluh kesah panjang kali lebar di chat room Wassap kami. Saya cuma bilang " Lo harus negosiasi ulang sama bapaknya cewek lo, jangan malah kabur. Karena itu akan jadi penilaian keseriusan lo ke cewe lo dari orangtua dia".
At least, cerita singkat di saat dia praktik lapangan di sekolah ditutup dengan harapan "ya gue coba". Hmmm... semoga saja teman saya ini berani "jantan" untuk bernegosiasi menentukan arah masa depannya.
Dari cerita teman saya ini, kawan-kawan mungkin sering juga menemuin teman dengan nasib agak "naas" begini ya,heheh. Belum punya kerjaan tetap, belum lulus kuliah tapi sudah dipaksa menikahi anak orang.
Saya sih lebih percaya pada mereka dengan kondisi yang sama tapi niat menikah berasal dari dirinya sendiri, bukan karena paksaan.
Jadi ya mau nggak mau, pernikahan dan rumah tangga memang harus sudah disiapkan dari sejak kita buat target kapan akan menikah. Aiihh..jangan sampai kita hidup tanpa persiapan ya kan?!
*(suami saya kalo baca ini pasti ketawa ngakak,karena bisa-bisanya saya nulis kalimat macem begitu,hehehe)
Lah wong kita aja sebelum "pindah dunia" diwajibin punya persiapan yang baik dan banyak, hmm *mikirin diri*
Cerita ketiga ini datang dari siswa saya ketika praktik mengajar di sekolahnya, di sebuah STM (sekarang SMK).
Dia ini siswa yang cukup dekat dengan saya dan cukup sering kontak-kontak saya. Alhamdulillah sih tujuannya bukan minta utang, tapi cuma curhat,hehehe *piss*
Naaah, seingat saya menjelang sore siswa saya dengan inisial DN ini cerita tentang kondisi LDR nya dia dengan pacarnya. Si cantik ini cerita di chat room BBM juga panjang lebar. Tentunya menjelaskan apa yang sedang dia alami, keinginan dia yang ingin menghalal-kan hubungannya hingga ketakutan disakiti oleh pacarnya yang sedang bekerja di luar kota.
Cerita yang dia tulis pada saya salah satunya tentang model komunikasi mereka yang sepertinya agak kurang singkron. Siswa saya inginnya selalu ada kabar, tapi (sepertinya) pacarnya kurang menyukai selalu kirim kabar. Hmmm..kebiasaan orang beda-beda ya. Dan dari perbedaan kebiasaan yang kayak gini, orang yang sudah nikah lama saja masih bisa bertengkar.
And then saya ungkapkan pendapat saya *kaya kuliah yak*, kalau semua balik lagi dari cara dia komunikasi dan menjaga harga diri dia (apalagi cuma pacaran aja!hadeh). Nggak perlu "meneror" nya setiap hari, kenali dia mau gimana cara komunikasinya dan juga pola sikap dan komitmen dia terhadap siswa saya itu. Hmm.. ala kadarnya banget ya saran saya (padahal sebetulnya saya nggak boleh ngasih solusi saran, heheh *konselor gitu*).
Bagi saya, laki-laki model begini dan dikondisi seperti itu agak "menyusahkan". Hmm..kurang membuka diri, ya ga sih?!. Wah..kalau ini ada dalam kehidupan pernikahan harus di wanti-wanti loh. Bisa-bisa kita nggak tahu apa yang suami kita harapakan dan begitupun sebaliknya. Jika sudah sama-sama nggak tahu dan nggak mau tahu, akhirnya bentrok terus.
Oke...itu saja dulu satu hari 3 ceritanya ya kawan. Jika ada yang mengalami hal yang sama silahkan di share. Jika ada yang punya cara yang beda nyikapi hal seperti di atas, silahkan juga di bagi. Okay! ^^
------------------------------------------------------------------
Sebenarnya ada cerita lagi yang baru saya ingat. Ada teman saya, kami kenal cukup dekat saat kuliah. Saya menduga dari status BBM-nya teman saya ini berpacaran dengan laki-laki Non Muslim.
Dan tanpa dinyana-nyana *apacoba*, setelah teman saya ini curhat tentang hubungannya dia dengan kekasihnya itu. Dia ingin saya mencarikan laki-laki yang tepat dan seiman untuk diajak serius ke jenjang pernikahan.
Hmm.. bagi saya, kisah cinta seperti ini riskan banget ya. Yang digadaikan begitu besar dan berat, Tuhan. Wah...wah.. jangan sampai kita menggadaikan Tuhan kita (Alloh Azza Wa Jalla) ya.. Nggak sebanding banget soalnya nikmat yang udah Dia kasih kita gadaikan dengan kisah "cinta" kaya begini. Oke!
With Love,
Bunga a.k.a Isya
0 comments:
Post a Comment